TANJUNG,korankontras.net – Moda transportasi becak keberadaannya semakin terhimpit dengan transportasi lain seperti ojek, angkutan kota terlebih lagi dengan maraknya jasa angkutan yang berbasis online.
Nasib kendaraan beroda tiga ini di Tanjung juga tidak kalah “miris”nya dibandingkan dengan becak yang ada di daerah lain.
Tercatat hanya sekitar enam buah becak saja yang beroperasi di Tanjung dan mereka semua mangkal di depan pasar Raya Tanjung.
Ajus (50) pengayuh Becak di Pasar Tanjung yang sudah puluhan tahun menggeluti pekerjaannya itu menceritakan kehidupan tukang becak saat ini semakin sulit dan tidak menentu.
“Karena tidak ada pekerjaan lain saja kami ini mengayuh becak, kalau ada yang lebih baik kami memilih tidak lagi membecak” tuturnya kepada korankontras.net sambil duduk menunggu penumpang.
Seharian ini saja Ia belum mendapatkan uang yang memadai untuk dibawa pulang, sepinya penumpang bukan dialaminya hari ini saja tapi sudah berlangsung lama.
Senada dengan rekan seprofesinya, Amang, pria yang lebih tua dari Ajus itu mengatakan sebagai pengayuh becak mereka hampir tidak pernah lagi mendapatkan penghasilan seratus ribu rupiah sehari.
“Saingannya sekarang tambah banyak terutama sepeda motor yang tambah banyak, belum lagi yang online” ujarnya sedih.
Dulu sempat kembali bersinar harapan mereka ketika ada wacana becak mereka akan diganti dengan bajaj atau sejenisnya namun karena tak kunjung terwujud mereka pun mengubur impian itu dalam dalam.
“Dibantu dengan diperbarui becak saja, kami sudah senang, bisa untuk kelancaran usaha” ucapnya lirih.
Semua becak mereka kondisinya sudah seperti “besi tua” sehingga pembaharuan becak akan membuat nyaman penumpang dan tukang becak.
Harapan yang tidak muluk muluk dari para tukang becak yang semakin waktu semakin berkurang jumlahnya itu mungkin akan menjadi harapan terakhir sebelum becak tenggelam ditelan jaman seperti di DKI Jakarta tahun 1980 an. (kts)