TANJUNG,korankontras.net – Pandemi covid-19 yang berlarut larut membuat pedagang kaki lima di Tabalong terpukul keras.
Kini kebanyakan dari pedagang hanya mengharapkan mampu bertahan tanpa gulung tikar saja, mereka tidak muluk untuk kembali untung banyak hingga bisa menabung.
“sekarang yang penting kita bisa ikut makan saja dari usaha ini” terang pedagang sempolan yang mangkal di samping Pendopo Bersinar.
Pria yang memulai usahanya sembilan tahun lalu itu sempat merasakan manisnya ekonomi sebelum pandemi.
“sehari biasanya kita menghabiskan delapan kilo adonan, sekarang tinggal tiga kilo saja” ujarnya dengan raut muka sedih.
Itupun Ia harus menjual hingga larut malam, tidak seperti dulu jam delapan malam sudah pulang kerumah.
Penjualan yang turun drastis, pria paruh baya itupun harus memberhentikan dua orang pekerjanya, “sekarang terpaksa kami sekeluarga yang turun berjualan bergantian” ujarnya lagi.
Tabalong tempatnya mengadu nasib dari tanah Jawa, dari hasil berjualan sempolan Ia mampu meningkatkan ekonomi keluarga bahkan anak pertamanya mampu Ia kuliahkan, “sekarang semester akhir” ucapnya dengan sedikit senyum.
Ia berharap pandemi berakir dan ekonomi kembali membaik hingga mampu merajut harapan harapan dimasa tuanya.
Hal serupa juga dialami pedagang yang berjualan di taman 10 K Murung Pudak, semakin hari semakin sepi pembeli dagangan mereka.
“ sepi sekali, omzet kami juga turun drastis selama pandemi” ujar ibu pedagang bakso memulai ceritanya.
Meskipun tidak seramai ditempat lain namun sebelum pandemi penjualannya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan disisihkan untuk tabungan.
“pandemi covid awal maret lalu kami sudah disuruh tutup dan baru beberapa bulan ini boleh buka kembali tapi karena masih pandemi jualan kami disini sepi sekali” ujarnya dengan lesu.
Seperti halnya pedagang sempolan, Ia pun berharap pandemi segera berakhir dan kehidupan kembali normal.
Pedagang syur keliling, Kadi (45) pun merasakan sepinya perdagangan masa pandemi covid-19.
“sepi sekali penjualan sayur, padahal harga karet dikisaran tujuh ribu perkilogramnya tapi penjualan tetap sepi” keluhnya.
Biasanya menurut pria yang selalu menggunakan masker itu jika harga karet dikisaran tujuh ribu penjualan sayur juga membaik, berbeda dengan sekarang yang tidak berpengaruh pada penjualan sayur.
“tidak tau juga kenapa masyarakat jadi mengurangi konsumsi sayur”ujarnya lagi.
Meskipun penjualan sayur”dingin” Kadi tetap berjualan seperti biasa untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
“pulangnya sekarang tidak bisa cepat lagi, kalau dulu setengah hari sudah sampai rumah sekarang kita sampai petang” ucap Kadi.
Pandemi covid-19 bukan hanya memukul sektor perdagangan berskala besar saja tapi juga menghantam UKM yang menjadi usaha mayoritas masyarakat.
Bupati Tabalong dalam paparannya tentang RAPBD 2021 yang akan menitikberatkan pada pemulihan ekonomi menjadi harapan warganya keluar dari masalah ekonomi sekarang ini (kts)