TANJUNG, korankontras.net – Beberapa bulan terakhir ini adalah masa-masa sulit bagi petani karet khususnya di Bumi Saraba Kawa.
Bagaimana tidak, harga jual karet ditataran petani hanya dikisaran Rp 5.000 atau Rp 6.000 an saja bahkan sebelumnya menyentuh harga terendah, hanya di angka Rp 4.000 saja.
Mirisnya, disaat beberapa harga sembako relatif mengalami kenaikan di momen puasa dan lebaran, badai pandemi Covid-19 datang menghantam. Petani karet bak jatuh tertimpa tangga pula.
Terkait masih rendahnya harga karet di Tabalong, usaha apa yang sudah dilakukan pemerintah daerah ?
Plt. Kepala dinas Pertanian, Noorzain A. Yani mengungkapkan bahwa sudah ada beberapa program untuk memberdayakan masyarakat khususnya petani karet diantaranya terkait masalah harga dan produksi.
Noorzain mengungkapkan bahwa saat ini sebagian kebun karet milik petani Tabalong usianya sudah tua sehingga tidak produktif lagi.
“Kita ada kegiatan Sistem Usaha Tani Perkebunan Rakyat Diversifikasi Integratif (SUPRA-DIN), dimana saat melakukan peremajaan tanaman karet sekaligus memberdayakan petaninya lewat Tumpang Sari” terangnya pada awak korankontras.net usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi gabungan DPRD Tabalong dan LSM.
Noorzain mengatakan saat Tumpang Sari, karet ditanam bersama tanaman komoditas lain seperti tanaman pangan ataupun Hortikultura, petani bisa mendapat penghasilan.
“Menunggu karet bisa dipanen, petani bisa mendapat penghasilan dari kegiatan bercocok tanam pangan atau Hortikultura tersebut” bebernya.
Sedang terkait masalah harga, Sambung Noorzain lagi, pemerintah daerah lewat Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) berusaha meningkatkan kualitas karet.
“Dengan ditingkatkannya kualitas, harga juga akan ikut naik. Harga identik dengan kualitas, ini salah satu syarat agar harga karet bisa bagus” pungkasnya.(Boel)