TANJUNG,korankontras.net – Masa wabah covid-19 ini menjadi masa berat bagi petani karet di Indonesia tidak terkecuali di Tabalong.
Harga karet melorot hingga kisaran Rp. 5.500 perkilogramnya ditingkat pengepul yang sebelumnya sempat harganya mencapai tujuh ribu rupiah lebih.
Turunnya harga karet ini menurut Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian Tabalong, Soleh, SP disebabkan beberapa faktor seperti bulan april ini menjadi puncak puncaknya produksi karet.
“ beberapa negara produsen seperti AS, India dan China saat ini melakukan lockdown” ujarnya kepada korankontras.net, senin (26/4) siang.
Kondisi ini masih diperparah dengan banyak tutupnya pabrik dalam negeri yang memproduksi dengan bahan baku karet.
Kondisi ini memukul ekonomi warga Tabalong karena mayoritas mereka bergantung pada perkebunan karet.
Dalam satu tahun produksi karet Tabalong mencapai 61.862 ton dari kebun karet seluas 49.187 hektar.
Soleh mengatakan pihaknya mengambil beberapa langkah mengatasi permasalahan harga karet di bumi sarabakawa dengan memberikan bantuan modal Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) untuk menampung para petani yang tidak menjual lagi kepada pengumpul.
“seperti di UPPB “patih bantar” kelurahan Jangkung yang pada minggu tadi menandatangani kerjasama dengan perumda sebesar 200 juta” terangnya.
Pihaknya juga melakukan lobi-lobi kepada pihak Pabrikan agar karet petani terutama yang tergabung dalam wadah UPPB tetap di terima sesuai dengan harga jalan.
“kami juga akan membantu memberikan bantuan Pembeku latek/asap cair bagi kelompok tani yang tergabung di UPPB” jelasnya lagi.
Ia tidak bisa memperkirakan kondisi kembali normal karena keadaan covid-19 yang masih menghantui dunia.
“khusus negara produsen karet justru masih memperpanjang lockdownnya mungkin agak sulit untuk itu kita sekarang hanya bisa sekedar membantu upaya supaya pabrik tetap buka” ujar Soleh.
Pabrik PT. Bumi Jaya saat ini membatasi penerimaan setiap hari hanya 50 truk karet saja (kts)