Mengenakan topi terbuat dari anyaman “purun” sebagai pelindung dari sengatan matahari, Rahmad ( 35 ) berjalan menyusuri gang dan jalan pemukiman memilkul dua kotak sambil sesekali berteriak “soool sepatuuuu “.
Tiga tahun sudah Ia menekuni profesi sebagai tukang sol sepatu keliling di kecamatan Murung Pudak dan Tanjung, tak terlihat kejenuhan diraut mukanya yang klimis dengan hiasan sedikit jenggot.
“ngesol sepatu seperti sudah menjadi jalan penghidupan saya mas” ujarnya mengawali cerita dipetang hari sembari tanganya lincah memainkan jarum dan benang disepatu pelanggannya.
Dulu sebelum merantau ke Tabalong sebagai tukang sol sepatu Ia bersama istrinya bekerja di pabrik sepatu di Bandung dekat dengan tempat kelahirannya Garut, setelah memutuskan menikah dan memiliki tiga orang anak mereka sepakat berhenti menjadi karyawan.
“ gajinya kecil sudah tidak mampu lagi untuk biaya hidup keluarga kami dengan tiga orang anak” tuturnya tanpa melepaskan pandangannya dari sepatu yang dijahitnya.
Keahliannya sebagai tukang sol didapat dari belajar dengan temannya dan pengalamannya sebagai buruh pabrik sepatu juga membantu profesinya sekarang ini.
“sebenarnya garut terkenal dengan pangkas rambutnya tapi karena saya tidak bisa maka saya milih pekerjaan ini”ucapnya dengan sedikit senyum disudut bibirnya.
Ia bersyukur dengan profesinya yang baru ini mampu menghidupi istri dan anak anaknya “ meskipun capek harus keliing setiap hari tapi saya bersyukur masih bisa mengais rezeki, mudahan berkah” ujarnya lagi.
Rahmad pernah mencoba mangkal di pasar Tanjung namun karena di pasar sudah ada penjahit sepatu juga Ia memilih mengalah dan kembali keliling menawarkan jasa sol ke rumah rumah.
“alhamdulillah di Tabalong peluang untuk sol sepatu masih bagus dan banyak warga yang memanfaatkan jasanya” ucapnya mengakhiri cerita karena Ia haru kembali keliling “ soooool sepatuuuuuu” (kts)