TANJUNG, korankontras.net – Meskipun harga karet masih murah se akan tak berpengaruh di Pasar desa Mantuil. Bagaimana tidak, dulunya pasar ini hanya dilakukan satu minggu sekali sekarang malah menjadi pasar harian Mantuil.
Diperkirakan, pasar “sajumput” yang menjadi cikal bakal pasar Harian yang sekarang berlokasi di Mantuil RT 02 ini sudah ada sejak tahun 1980 an.
Kepala desa Mantuil, Husni menceritakan dari waktu ke waktu pasar ini terus berkembang hingga tahun 2018 berubah menjadi pasar yang transaksinya dilakukan setiap hari.
Pihak desa sebenarnya ingin menyerahkan pasar ini ke pemerintah daerah agar peralatan dan perlengkapannya bisa dilengkapi oleh pemda.
“biar bisa menjadi pasar modern, dalam arti semua fasilitas pasar bisa disediakan dan di tangani oleh pemda”ungkapnya.
Namun sambungnya lagi, hal ini terkendala dengan surat tanah pasar yang tidak jelas keberadaannya.
“surat tanah tersebut ada, namun tidak jelas siapa yang memegangnya” imbuhnya lagi.
Sebelum menempati lokasi sekarang terang Husni lagi, pasar ini sudah beberapa kali berpindah lokasi. Pada awalnya pedagang hanya menjual jenis ikan saja sekarang, seperti halnya pasar barang yang diperjualbelikan sudah mulai komplit.

“ Sayur – mayur, segala jenis ikan, ayam, sembako, bumbu masak/sambal, pakaian serta barang lainnya juga tersedia” cerita Husni.
Awalnya, untuk melindungi dagangan dari panas dan hujan para pedagang menggunakan terval, kemudian pada tahun2017 atas inisiatif kepala desa ditawarkan “kerjasama” membut Los (kantin) pasar secara swadaya.
Pedagang akan dibuatkan Los pasar namun mereka harus membayar “sewa lapak”. Setelah sepakat maka dibangunlah Los pasar berukuran 5 m x 7 m.
“Los yang pertama dibangun untuk pedagang ikan”terang kades dua anak ini lagi.
Melihat rekannya sudah menempati Los, pedagang lain juga meminta untuk dibuatkan Los dan bersedia di kenakan biaya lapak.
Kemudian pada awal 2018 dibuatlah Los kedua berukuran 3 m x 14 m untuk pedagang Sayur dan pada tahun yang sama lewat bantuan CSR perusahaan Tambang juga di bangun Los pasar berukuran 7 m x 17 m.
“kalau pasar makin ramai dan pedagang ingin kembali nambah los kami siap kembali membangunkannya” ucap Husni.
Imbasnya, banyak warga Mantuil yang menikmati “berkah” adanya pasar ini, bukan hanya menjadi pedagang namun juga menjadi petugas pengelola parkir dan pasar. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa ekonomi warga masih tumbuh meskipun tidak begitu besar.
Saat pasar belum seramai sekarang, warga yang ikut “nyambi kerja” sebagai petugas pasar dan pengelola parkir hanya sekitar lima orang, sekarang jumlahnya mencapai 20 an orang terang Husni.
Bahkan Bumdes Harapan Makmur juga menyewakan dua buah tarup pada petugas parker dengan harga sewa Rp 10.000 per hari.
Tarif parkir roda dua Rp 1.000 – Rp2.000, sedang untuk roda empat Rp5.000 – Rp 10.000. Para pedagang pasar di kenai biayaRp 2.000 – Rp 5.000.
“untuk sepeda motor sebenarnya tidak ada tarif baku, sifatnya masih sukarela” imbuhnya lagi.
Desa mendapat bagi hasil sekitar 15% perbulan, namun terang kades jumlahnya terkadang kurang dari itu.
“tergantung ramai tidaknya pasar, yang penting operasional petugas pasar utamanya terpenuhi, itu lebih kami utamakan”bebernya.
Ia berharap dengan adanya pasar di desa Mantuil, perekonomian warga bisa meningkat dan memanfaatkannya dengan baik , warga bisa kecipratan rezeki, baik sebagai pedagang maupun sampingan kerja sebagai petugas pasar dan pengelola parkir.(boel)