ERWAN SUSANDI( LSM) bertarung pada pileg kali ini ingin memberikan pandangan politik kepada masyarakat bahwa sebuah kesejahteraan bukan lagi hanya berkenaan dengan uang, namun berkaitan dengan pola fikir. untuk itu diperlukan wadah dalam menampung pemilih-pemilih cerdas dan menyalurkannya lewat saluran yang benar terangnya.
“saya yakin masyarakat sudah cerdas dalam memilih wakilnya nanti yang akan duduk di Graha sakata”imbuhnya.
Ia juga menilai saat ini fungsi yang melekat pada anggota dewan pelaksanaannya kurang “greget” dalam segi Aspiratif, legitimasi/penyepakatan aturan dan kontrolnya.
Erwan juga menilai anggota DPRD sekarang kurang Aspiratif, penyerapan aspirasi bukan hanya pada saat Reses, namun kontinyu dan terstruktur.
“kebanyakan anggota dewan sekarang menyerap aspirasi hanya pada saat reses, ini tentu sangat kurang”bebernya.
Pria kalem ini juga sependapat dengan yang lainnya tentang politik uang dan Ia menilai caleg yang bagi-bagi uang akan melakukan hitung-hitungan untung dan rugi.
“bagaimana bisa balik modal dan mengumpulkan pundi rupiah sehingga fungsi aspiratif menjadi tertutup” ucapnya tentang politisi yang menjalankan politik uang.
“saya tidak akan melakukan money politic” tandasnya.
NURDIN (Jurnalis) berbadan subur ini ingin memperjuangkan aspirasi masyarakat yang menurutnya masih banyak lagi yang belum terakomodir, alasan inilah yang mendorong dirinya maju dalam pencalegkan.
Mewakili anak muda Tabalong untuk ikut “berlaga” di pileg karena saat ini dominasi kalangan tua berpolitik di bumi Saraba Kawa masih dominan.
“beri kesempatan bagi kawula muda Tabalong untuk berkontribusi di ranah politik”imbuhnya.
Ia mengingatkan bahwa estafet kepemimpinan nantinya akan diserahkan kepada anak muda sehingga perlu tempat dan ruang bagi para pemuda dan pemudi untuk mengembangkan diri khususnya di pentas politik.
Pemuda murah senyum ini menyatakan bahwa ia tidak mendukung aksi politik uang. Menurutnya, setiap caleg harus memberi pembelajaran politik “sehat” bagi masyarakat Tabalong.
ERWANSYAH (LSM) Ingin membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi, minimal menyuarakan aspirasi warga Tabalong, ujarnya ketika awak korankontras menyambanginya.
Jenuh melihat “sesuatu” di Graha Sakata yang tidak merepresentasikan layaknya seorang anggota dewan yang terhormat.
Pria yang biasa di sebut Iwan Wonk ini menilai anggota Legislatif yang sekarang banyak yang tidak mengerti tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) seorang wakil rakyat.
“60 % tidak mengerti Tupoksi sebagai anggota DPRD”ucapnya.
Ia menegaskan bahwa menjadi anggota DPRD bukan sebagai “ladang kerja”, namun lebih menitik beratkan pada jabatan pengabdian yang benar-benar menyerap aspirasi masyarakat bukan masuk kantor, duduk lantas pulang.
Ia juga mengatakan kalau banyak anggaran di dewan sekarang yang “mubazir”, misalnya kunjungan kerja, harusnya bisa dikurangi dan dialihkan kepada kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
Mengenai penantang petahana yang back groundnyadari LSM dan Jurnalis, Wonk mengatakan kalau kompetensi dan kapabilitas keduanya kuat namun lemah dari segi finansial dibandingkan penantang lain, terlebih bila dibandingkan dengan petahana.
Menurutnya politik uang susah dihilangkan dan hal ini perlu proses waktu. Di sisi lain ia juga menyayangkan dengan adanya PKPU yang memperbolehkan caleg untuk “memberi” warga ataupun calon pemilih uang atau barang dengan nilai maksimal Rp 60.000.
“ini akan dijadikan pintu masuk untuk bagi-bagi uang atau barang”ungkapnya.
NUR ALI (Jurnalis) , belasan tahun malang-melintang dengan profesi sebagai wartawan membuat Ali, sapaan akrabnya – memahami benar apa sebenarnya yang terjadi di Graha Sakata dan apa yang dibutuhkan oleh warga Tabalong.
Sebagai wartawan, kewajiban melakukan kontrol lewat tulisan kerap sudah dilakukannya, entah itu untuk eksekutif ataupun Legislatif, kritik membangun sering disampaikannya lewat media.
Namun, ujarnya lagi, untuk melakukan perubahan yang lebih cepat dan efektif serta membantu membenahi permasalahan yang ada di Kabupaten Tabalong akan lebih memungkinkan kalau lewat jalur parlemen.
“ lebih banyak lagi hal yang bisa dilakukan untuk masyarakat dan kemajuan Tabalong jika bisa berada di Legislatif”bebernya alasannya maju kali ini.
tentunya sesuai dengan kapasitas yang “melekat”pada seorang anggota dewan sambungnya lagi.
Berlatar belakang sebagai seorang jurnalis dan pengalaman dalam berbagai organisasi membuat Pria kalem namun humoris ini memiliki pengetahuan dan kompetensi yang lebih dari cukup, termasuk di tataran lokal perpolitikan banua.
Pemahaman agama yang mumpuni tidak hanya saat beribadah saja namun diterapkannya pula dalam kehidupan sehari-hari membuat ayah dari empat anak ini memiliki prinsip kuat dalam memegang nilai-nilai keagamaan.
Secara tegas ia menolak politik uang. “dalam sudut pandang agama pun jelas dikatakan kalau perilaku seperti ini tidak benar”ucapnya.
seorang caleg seharusnya memberikan pendidikan politik yang benar dan mencerdaskan bagi masyarakat bukan malah menjadi aktor dalam politik hitam.
Politik transaksional seperti ini mecederai rasa keadilan, dimana caleg yang lebih kompeten harus tumbang di tangan caleg berduit, pada akhirnya yang dirugikan dan menerima dampaknya adalah warga Tabalong sendiri ujarnya lagi.
“ulun berharap masyarakat jangan mudah tertipu dengan berbagai iming-iming dan janji manis, jadilah pemilih cerdas”pintanya.
Tidak banyak berbeda dengan rekannya Ali menilai saat ini wakil rakyat yang ada di Graha Sakata belum memaksimalkan fungsinya sebagai seorang legislator sehingga kekecewaan sering dirasakan masyarakat.
Permasalahan kunjungan kerja masih menjadi masalah sensitif bagi masyarakat. karena kunker yang menonjol kesan “plesirannya” bukan kerjanya, sayangnya anggota dewan belum menjawab masalah ini dengan gamblang kepada masyarakat melalui publikasi yang luas.
“kita tidak bisa menyalahkan masyarakat karena kita juga harus sadar apa yang dinikmati anggota dewan adalah dari uang pajak masyarakat juga, wajar jika itu dipertanyakan” ucapnya.
Terlebih anggaran untuk kunker tidak bisa dibilang sedikit setiap tahunnya, Ia berharap dari tahun ketahun ada perbaikan kinerja anggota dewan.
“memperbaiki kinerja dewan dimulai dengan memilih mereka tanpa politik uang dan pelajari rekam jejaknya” pungkasnya. (tim)