Hidupnya sederhana, umurnya juga masih muda itulah gambaran Kumarudin (25) sosok pemuda yang sukses menggeluti usaha penggemukan sapi pedaging di desa Ribang kecamatan Muara Uya Tabalong.
Walau hanya mengenyam pendidikan sekolah hingga tingkat menengah saja namun pemuda yang akrab disapa udin ini sukses beternak sapi pedaging yang sudah digelutinya sejak 2016 lalu.
Memulai usahanya Udin mengaku sempat mengalami kerugian namun dia tetap bersabar dan bertawakal atas musibah yang sedang menderanya. Tanpa bosan Ia setiap hari keluar rumah menuju desa-desa lain untuk mencari atau membeli sapi yang akan digemukkannya yang selanjutnya setelah gemuk sapi tersebut akan dijual kembali.
Lambat laun usaha kerasnya mulai kelihatan hasilnya saat ini Udin sudah mempunyai 20 ekor sapi yang baru didatangkannya dari Pulau Sulawesi, 15 ekor sapi tersebut ditempatkannya pada kandang berukuran 15 meter x 3 meter dan 5 ekor sisanya ditempatkan pada kandang berukuran 6 meter x 4 meter.
Sapi-sapi miliknya hanya diberi makanan rumput hijau yang dibudidayakan pada lahan miliknya seluas 2 hektar kini dirinya sudah bisa memperkerjakan dua orang karyawan yang tinggal di dekat rumahnya dan masing-masing karyawan digajinya 3 juta rupiah per bulan.
Keberhasilan Udin beternak sapi terus terlihat, pada hari raya idul fitri yang lalu saja Ia mampu menjual 26 ekor sapi kepada para blantik sapi (broker) di wilayah Tabalong yang sudah berlangganan kepada dirinya .
“ penggemukan Sapi mudah menjualnya saat hari-hari besar” ujar pemuda yang terkenal dikalangan peternak ini, terlebih Udin kini terampil manafsir berat daging sapi yang mau dibeli pelanggannya.
“kalau beli sapi sama saya, saya jamin jumlah kilo daging sesuai dengan harganya” imbuhnya lagi.
Untuk modal usaha udin melakukan pijaman ke Bank penyedia KUR sebnyak 100 juta dan telah dilunasinya sejak setahun yang lalu, kini Udin mengajukan kembali pinjaman untuk mengembangkan usahanya sebanyak 250 juta “namun belum disetujui” ucapnya singkat.
Beternak sapi menurut Udin bukan hanya menjual sapinya saja tapi Kotoran sapi pun menghasilkan rupiah.
“setiap karung kotoran sapi harganya Rp 15 ribu dan itupun masih kurang untuk memenuhi kebutuhan petani sayur disekitar desa Ribang” tuturnya lagi.
Rencana kedepan udin berkeinginan mengembangkan kotoran sapi dan urin sapi dalam kemasan ber merek menjadikan limbah sapi sebagai pupuk organik sehingga nilai jualnya lebih tinggi.
“kerja apa aja itu dijiwai jangan hanya memikirkan keuntungan” tutup Kumarudin sambil tersenyum. (ytn)