Alam Tabalong memang kaya, bukan hanya di perutnya saja yang penuh dnegan emas hitam tapi dipermukaannya ditumbuhi aneka ragam tanaman yang bernilai jual tinggi.
Kekayaan alam ini bila dikelola dengan tepat mampu mensejahterakan warganya, seperti kayu hutan yang biasa dikenal sebagai kayu Halaban, jenis kayu ini tumbuh hampir disemua permukaan bumi Tabalong terutama di wilayah tengah dan utara yang relatif lebih tinggi.
Dulu kayu halaban biasanya dijadikan warga Tabalong untuk membuat arang karena arang degnan bahan kayu halaban terkenal menghasilkan arang dengan kualitas baik dibandingkan dengan menggunakan jenis kayu lainnya.
Namun kini kayu halaban dilirik pengusaha luar daerah untuk bantalan rel kereta api terutama dipulau jawa tidak mengherankan bila dalam beberapa bulan terakhir ini warga di desa Marindi dan sekitarnya beramai-ramai mencari kayu halaban dengan ukuran tertentu dihutan hutan mereka.
Aktifitas muat kayu halaban ke atas truk pun terlihat marak dipinggir pinggir jalan desa, geliat warga desa memburu kayu halaban karena harga halaban dipasar mencapai Rp. 1.200.000 perkubiknya.
“panjang kayunya harus 2 meter. Satu kubik kayu Halaban di beli seharga Rp 1.200.000.” terang H.Jani Kades Marindi.
Sedikitnya ada 50 orang warganya kini yang mencari kayu halaban, sayangnya karena kayunya sudah hampir habis dihutan dekat pemukiman, kini mereka mencari kehutan yang lebih jauh hingga ke pegunungan.
H.Jani memperkirakan Halaban yang sudah terjual sekitar 70 truk poso yang mana untuk satu unit poso bermuatan 18- 20 kubik kayu. (abul misriwan)