Bertekad Majukan Desanya
Mengenakan stelan kerja warna coklat muda kerudung warna putih, siang itu Rabaniah masih terlihat energik menerima warga yang berurusan dikantornya.
Dengan ramah dan telaten Ia melayani warganya, komunikasipun cair meskipun diwaktu istirahat bekerjanya. Tidak mengherankan bila wanita paruh baya ini begitu dicintai warganya.
Tidak banyak perempuan yang mau mengabdikan dirinya sebagai kepala desa di Tabalong, beban kerja yang berat dan benturan politik tingkat desa yang keras tidak mampu menghalanginya terus mengabdi.
“niat saya ikhas untuk membangun desa yang kami cintai ini” ucapnya kepada koran kontras usai menjalankan tugasnya.
“kami ingin menghilangkan image kalau Manduin adalah desa tertinggal, Manduin sudah lahir dengan semangat baru dan bukan lagi desa tertinggal” ujarnya denngan penuh semangat.
Bermodal semangat gotong royong dan kebersamaan yang masih tinggi dan kental, bersama dengan warganya ia menata dan “mendandani”tanah kelahirannya.
Dua kali dalam sebulan warga secara bersama-sama membersihkan jalan dan lingkungan desa.”minimal dengan karang taruna kita melaksankan bersih-bersih desa”ujarnya.
Rabaniah juga menerangkan kalau karang taruna di desa ini terbilang aktif. Untuk mewujudkan desa yang ditinggali 208 kk ini menjadi desa bebas sampah, karang taruna bekerjasama dengan perusahaan sekitar membuat bank sampah. Petugas yang ditunjuk akan mengambil sampah ke sekolah yang ada di desa juga ke rumah-rumah warga dan untuk jenis tertentu akan dibeli oleh tim pengelola.
Perempuan yang masih terlihat muda ini juga berencana untuk menjadikan Manduin sebagai bagian dari Kampung hijau yang dicanangkan pemerintah daerah. Untuk mendukung langkah tersebut desa sudah mengalokasikan dana sekitar Rp 10 juta, bahkan katanya menambahkan, pihak perusahaan sudah menyatakan kesiapannya untuk turut membantu.
Rabaniah menginginkan kalau sepanjang jalan poros desa ditanami dengan pohon pucuk merah berkotak batako bukan dari gorong-gorong, diselanya juga akan ditanami jenis aneka bunga.
“beberapa tahun kedepan silakan berkunjung lagi, anda akan lihat betapa perubahan dan menariknya desa kami” angannya.
Hal menarik lainnya, jalan poros desa Manduin terbilang masih mulus di banding jalan yang sama di desa tetangganya. Dengan semangat kades menceritakan kalau desanya baru mendapat pengaspalan pada Agustus 2016. Dahulu hanya berupa jalan tanah yang apabila musim penghujan ataupun banjir kondisinya rusak parah. “jalan kaki saja susah kita”celetuk seorang aparat.
Setelah jalan selesai di aspal, atas hasil musyawarah dan kesepakatan warga yang dituangkan dalam sebuah pernyataan tertulis,di ujung jalan batas desa di pasang portal sehingga mobil truk pengangkut pasir tidak bisa lewat.
“bukan apa-apa, saat itu baru selesai diaspal, kondisinya masih belum keras sempurna, terpaksa diportal, apalagi baru sekarang ini kami menikmati jalan bagus dan kami berharap bisa bertahan lama”bebernya panjang lebar.
Bukan hanya itu, untuk merawat jalan agar bisa awet, ia juga menghimbau pada warga yang memiliki tanaman atau pohon buah di pinggir jalan agar dipangkas.
“kami kasih penjelasan ,alhamdulilah warga paham dan tidak mempermasalahkan walau pohon miliknya dipangkas”ungkapnya lagi.
“silakan di cek, apakah ada pohon milik warga saya yang rimbun daunnya sampai melindungi aspal”tantangnya pada awak kontras dan memang pada saat beranjak pulang di sepanjang jalan tidak ditemukan pohon yang menaungi aspal. (abul misriwan)