Solangai, berada dalam kawasan hutan produksi di kecamatan Jaro menjadikan tempat ini tidak banyak diketahui warga Tabalong.
“ada 10 hektar lebih hamparan tanaman saluang bilum dan 5 hektar sarang semut di Solangai” terang Rahmadi , Pendamping Perhutanan Sosial (PPS).
Bahkan menurutnya bukan hanya itu saja banyak tanaman langka lainnya di Solangai yang menjadi asset daerah.
Solangai bisa ditempuh dari desa Solan dengan waktu tempuh sekitar dua sampai tiga jam berjalan kaki karena medanya yang berbukit “jarak dengan desa Solan sekitar tiga kilometer, dulu Solangai bagian administratif desa Solan ” imbuh Rahmadi.
Kini di Solangai masih ada warga yang mendiaminya, mereka berdiam dengan membuat gubuk dari kayu hutan , menurut Rahmadi ada sekitar 40 gubuk warga di Solangai.
“satu gubuk ada yang didiami dua kepala keluarga, biasanya mereka tinggal di Solangai 5 hari dan dua hari mereka turun ke desa Solan untuk menjual hasil kebun serta kembali dengan membawa kebutuhan sehari-hari” jelas Rahmadi yang melihat langsung kehiduan warga di Solangai.
Di Solangai tidak ada fasilitas umum seperti pendidikan dan kesehatan bahkan tempat ibadah juga tidak dimiiki, kondisi ini membuat warga harus terbiasa ke Solan untuk berobat, tapi anak-anak usia sekolah tidak mendapatkan pendidikan formal. Pungkas Rahmadi (lee)