Sekarang jadi Pemukiman Warga dan Semak Belukar
Jalan berbatu tanpa balutan aspal di atas tanah merah masih seperti belasan tahun yang lalu ketika tempat ini ramai dikunjungi para pria hidung belang maupun para penjudi.
Tepian timur orang biasa meyebut tempat ini, tidak tahu pasti asal muasal nama tepian tapi Tepian pernah menjadi legenda “dunia hitam” di Tabalong pada era tahun 70 an sampai 2000 an.
Di tempat ini dulunya adalah “lokalisasi” dan tempat perjudian yang ramai bahkan namanya kesohor hingga ke ibukota propinsi, pengunjungnya bukan hanya warga Tabalong tapi banyak yang datang dari luar Tabalong.
Banyak upaya dilakukan oleh Pemkab Tabalong kala itu untuk menutup tepian tapi tidak satupun yang berhasil. Seperti menerapkan aturan untuk meninggalkan kartu tanda penduduk bagi pengunjung di pos yang dibangun di pintu masuk bahkan peraturan daerah juga dibuat untuk melarang praktek prostitusi alias pelacuran belum lagi razia yang sering digelar oleh aparat keamanan namun semua itu tidak membuat mucikari dan psk bergeming.
Kriminalitas pun tergolong tinggi kala itu, kejadian perkelahian, pembunuhan dan pencurian sering di dengar dari tempat itu
Tepian yang berada di Desa Maburai Kecamatan Murung pudak juga telah membuat sisi gelap nama desa Maburai karena Maburai diidentikan dengan lokalisasi Tepian Timur.
Seiring dengan berjalannya waktu “lokalisasi” itu mulai menghilang dengan sendirinya bukan karena murni aturan pemkab Tabalong tapi karena tempat tersebut sebagian besar di bebaskan oleh PT. Adaro untuk perluasan areal pertambanganya.
Rumah bordir dan warung remang-remang yang dulu banyak berdiri sepanjang jalan tepian kini telah beralih sebagian menjadi pemukiman warga RT .03, sebagian lagi ditumbuhi semak belukar dan terlihat bekas bangunan yang sudah diratakan pihak perusahaan.
Di jalan yang bersimpangan dengan jalan milik tambang batubara terlihat masih ada dua kafe berdiri, disini biasanya menjadi tempat alternatif pengguna jalan melepas penat sambil menikmati sajian kopi dan makanan ringan.
Kemana pelaku usaha “lendir” pergi setelah di gusur oleh perluasan tambang tidak ada yang tahu pasti.
“infonya mereka beralih ke lokasi lain “ terang Kepala Desa Maburai, Edy kepada korankontras.net
Edy menceritakan mulai hilangnya penghuni tepian sekitar tahun 2005 saat itu berangsur-angsur penghuni mulai meninggalkan tepian.
Ia bersyukur karena praktek ilegal tersebut sudah tidak ada lagi diwilayah mereka, kini Ia konsentrasi membangun desa dan menghilangkan stigma negatif tentang desa mereka yang terkait dengan tepian.
“tepian memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tempat kunjungan wisata karena disana ada danau tinggal dipoles maka menjadi alternatif tempat wisata di Tabalong” jelas kades termuda di Tabalong ini. (lee)