Desa Bilas Kecamatan Upau
Desa Bilas merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah kecamatan Upau. Dari persimpangan jalan poros kalsel-kaltim, atau biasa disebut warga lokal simpang kembang kuning ini, jaraknya sekitar 4 sampai 5 km.
Bilas sebelah utara berbatasan dengan desa kembang kuning, di sebelah selatan dengan kabupaten Balangan, sebelah baratnya dengan desa Masingai 2, dan sebelah timur berbatasan dengan desa Kaong.
Desa yang mayoritas warganya bergerak disektor perkebunan karet ini dihuni oleh sekitar 1300 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 370.
Secara administratif Desa Bilas terdiri dari 6 RT tanpa RW seperti kebanyakan desa dan keluarahan di Tabalong.
Tahun 2016 ini desa Bilas mendapatkan dana desa dari pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten atau yang disebut juga gerbang emas ini sebesar Rp.1,3 milyar.
“ tahun 2015 lalu desa kami hanya mendapat dana sebesar Rp.600 an juta saja” ujar Abdurahman , Kepala Desa Bilas memulai ceritanya.
Untuk tahap pertama, dana yang bersumber dari APBN digunakan untuk pembuatan jalan cor di rt.05 dengan lebar jalan 3 m sepanjang 100 m,di rt. 04 lebarnya 1,5 m dengan panjang 200 m dan di rt.03 dengan lebar 1,5 m dan panjangnya 200 m. Juga pengamparan sirtu jalan di rt.06 dengan lebar 1,5 dengan panjang 500 m.
Sedangkan dana bersumber dari APBD tahap pertama digunakan untuk bantuan ke tempat ibadah berupa tiga buah tandon air, cor halaman langgar di rt.01, pembuatan pagar langgar di rt. 04, rehab wc satu unit, rehab gedung posyandu di rt. 05 dan pembuatan tempat pemandian umum di sungai jaing di rt. 03.
“kita membuat pemandian umum di sungai Jaing karena apabila musim kemarau tiba, sumur-sumur milik warga bisa dikatakan hampir kering semua, dan hampir semua warga kami mandi dan mencucinya pergi kesungai” terangnya.
Sungai Jaing sangat vital keberadaannya bagi warga untuk memenuhi kebutuhan air terlebih lagi di Bilas belum ada pelayanan PDAM sehingga ketika sungai Jaing sempat di bendung oleh PT.Conch warga Bilas langsung mendapatkan dampaknya.
“bukan hanya dipergunakan warga untuk mandi dan memenuhi kebutuhan air, sungai Jaing juga mengairi ratusan hektar sawah warga Bilas”tandasnya.
Bumdes Bergerak di Perikanan
Desa bilas sudah memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMdes) sejak pertengahan 2014 lalu,mereka memilih bergerak di dibidang pemeliharaan ikan.
“Kita memiliki 3 kolam yang dikelola Bumdes, tapi sejauh ini baru bisa menutup biaya operasional saja” terang Asriani, ketua BPD desa Bilas kepada Korankontras.
Meskipun hasilnya belum memuaskan , memelihara ikan bagi Bumdes bukan tanpa alasan, mereka ingin membuka usaha baru yang selama ini belum dilirik oleh warga.
“warga kita hanya bergerak di sektor perkebunan dan pertanian padahal kita punya potensi lain seperti potensi perikanan dengan sistem tambak” ucap Asriani menjelaskan.
Memang saat ini Bumdes mereka belum berhasil tapi Ia yakin kedepannya usaha perikanan akan cerah dan warga bisa mengikuti jejak Bumdes.
“anjloknya harga karet sejak beberapa tahun terkahir ini kita harus berani mencoba sektor usaha lain sehingga ekonomi warga tidak mengandalkan satu bisang saja” jelasnya lagi.
Selain perikanan degnan sistem tambak mereka juga akan mengembangkan perikanan sitem keramba di sungai Jaing yang selama ini juga belum tergarap secara maksimal oleh masyarakat.
Pertanian dua kali tanam setahun
Sahdian, kepala urusan pembangunan Desa Bilas mengatakan areal persawahan yang ada di desa Bilas mencapai 500 ha.
“mulai dari mamas sampai kepantai hulu yang berbatasan dengan tambang milik PT. Adaro adalah sawah orang Bilas”terangnya.
Ketika Pemkab Tabalong sedang mendorong petani menanam padi dua kali setahun , petani di desa bilas sudah melakukan itu karena pengairannya sudah menggunakan sistem irigasi yang ainya diambil dari sungai Jaing.
“sekitar 400 ha saja yang bisa tanam dua kali setahun,yaitu sawah yang bisa diairi oleh irigasi. Kalau bagian ujung yang tidak terairi irigasi hanya bisa satu kali tanam saja”Ujar Sahdian
Potensi besar pertanian di tunjang dengan keiatan penyuluhan yang aktif sehingga pertanian di desa Bilas betul-betul bisa maksimal untuk meningkatkan perekonomian warganya.
Kegiatan penyuluhan di bidang pertanian juga aktif, ini dibuktikan dengan adanya sekolah lapangan kelompok tani (SPTTL) yang bertugas membina kelompok tani desa Bilas.
Sahdian mengatakan setidaknya ada 7 kelompok tani di desa mereka, tiga kelompok di antaranya dari desa masingai, tetapi lahan pertaniannya masuk wilayah desa bilas.
Tiap kelompok tani tadi terdiri dari 25 sampai 30 orang dan semuanya aktif dalam berkegiatan , pungkas Sahdian (boel)