Sejak di resmikan Bupati Tabalong satu tahun lalu, pusat oleh-oleh khas Tabalong (popta) tidak mengalami peningkatan penjualan.
“sejak satu tahun ini omzetnya rata-rata satu juta rupiah perhari” terang gadis penjaga Popta kepada Kalsel Pos.
Pengunjungnya pun hanya 20 orang perhari, imbuhnya lagi. Padahal Popta menyediakan aneka macam oleh-oleh khas Tabalong baik aneka makanan maupun kerajinan.
Makanan yang dijual berupa makanan kering dalam kemasan seperti amplang ikan patin, aneka kue kering, madu kalulut, uyah wadi dan garinting sapat, semua produk yang dijual di Popta harus asli olahan masyarakat Tabalong.
Selain makanan dijual juga kerajinan tangan seperti aneka tas dari bambu dan purun, kursi dari akar kayu ulin dan batik khas Tabalong yang bermotif buah langsat.
Faktor tempat yang kurang menarik dan harga yang relatif mahal kemungkinan menyebabkan Popta tidak begitu populer di masyarakat Tabalong “tempatnya tidak menarik dan harganya relatif mahal” ujar Abul salah seorang pengunjung Popta.
Popta menempati bangunan eks pemadam kebakaran bercat warga biru tua sehingga kesan gelap dan kusam mendominasi bangunan tersebut, Abu
la juga menyanyangkan dengan harga di Popta yang kurang bersaing , Ia mencontohkan harga gula merah produk desa Tratau yang dijual dipasaran seharga delapan ribu rupiah di Popta dijual dengan harga Rp.14.000,-(lee)