Suburnya bumi sarabakawa belum dimaksimalkan petani untuk meraup pundi-pundi rupiah.
Selama ini sebagian masyarakat masih terbuai dengan tanaman karet saat harga komoditas karet turun drastis seperti sekarang ini banyak warga yang “kelimpungan” karena pendapatannya sudah tidak lagi mencukupi untuk kebutuhan hidupnya.
Berbeda dengan petani di kaki gunung batu kumpai desa Jaro Kecamatan Jaro kabupaten Tabalong, mereka langsung melakukan diversifikasi usaha dengan menanam sayur dan buah seperti lombok, bawang, tomat dan melon.
Tidak mengecewakan, dari tanaman sayur ini justru mereka bisa meraup rupiah dari panen sayur dan buah, dari lahan sekitar dua hektar kelompok tani gunung walet bisa meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.
“melon ini sudah panen beberapa kali mas, dari panenan pertama modal sudah kembali ditambah dengan keuntungannya” terang Nurohman salah seorang petani kepada korankontras.net.
Selain meraup untung dari tanaman melon petani juga memanen rupiah dari tanaman lombok hijaunya, saat ini harga lombok hijau sedang bagus-bagusnya, imbuh Nurohman.
“satu kilogramnya pedagang tengkulak membeli ditempat kami Rp.30.000,-, ini harga yang bagus”ujarnya lagi.
Pemasaran bukan menjadi kendala bagi mereka karena para pedagang tengkulak datang sendiri ke kebun mereka bahkan bukan hanya pedagang dari lokal Tabalong saja tapi dari daerah luar seperti Palangkaraya, Tanah Grogot , Barabai dan sekitarnya. (lee)