Ini Yang menarik, saat harga karet di daerah Muara Uya turun menjadi Rp.4.000 perkilonya, harga karet di pasar teratau masih bertahan di kisaran Rp.6000 perkilogramnya.
Andung, Kepala Desa Tratau mengatakan bahwa mungkin karena karet yang dimiliki warga teratau sebagian besarnya adalah karet kampung, bukan karet bibit. Hanya sebagian kecil warga desa yang membudidayakan karet bibit. Walaupun karet kampung yang ditanam dari biji atau tanam anaknya, tetapi berasal dari bibit unggul yang di dapat warga dari bekas perkebunan Antang dan bibit dari Kaltim.
Keunggulan yang di dapat adalah lateksnya lebih banyak dan pekat serta umur produksinya lebih panjang, seperti halnya karet kampung. Sampai berpuluh-puluh tahun. Sedang karet bibit okulasi, lateksnya lebih encer dan umur produksinya relatif lebih pendek belasan sampai 20 tahunan saja.
“atas dasar ini mungkin mengapa harga karet di Teratau lebih mahal” ujarnya mengakhiri pembicaraan.
Tidak percaya? Coba saja datang kepasar karet Tratau….(boel)