Kereta api adalah salah satu sarana transportasi yang sangat bermanfaat karena dapat menghemat biaya dan waktu karena hanya berhenti di tiap setasiun saja cocok untuk Kalimantan yang jarak antar kota dalam provinsi nya cukup jauh berkisar rata – rata antara 40 KM – 55 KM.
Namun demikian dalam rencana pembangunannya menuai pro dan kontra di masyarakat. Baik lahan pangan dan bangunan rumah yang terkena jalur rel kereta api maupun yang tidak terkena jalur tersebut namun  dampak dari suara bising kereta api saat melintas karena berada tepat di samping rumah dan disamping tempat usaha yang dikuatirkan.
Seperti salah seorang warga Muara Uya yang bernama Rahman “kalau sama dengan harga disini tetapi tidak lebih mahal baik cari lahan lain saja” ujarnya dengan nada kecewa karena lahan pangan cukup menghasilkan untuk menafkahi keluarganya dan rumah yg ditinggali sudah cukup lama.
Begitu juga dengan salah seorang warga yang bernama Edi , Ia mempertanyakan kompensasi jika kereta jadi melintas di dekat dengan usahanya berupa peternakan ayam potong
“adakah kompensasinya, bagaimana jika ayamku banyak mati karena terkejut saat kereta api melintas” ujarnya khawatir.
Walaupun belum terealisasi pembangunannya namun sudah cukup membuat warga sekitar cemas karena survei sudah dilakukan 2 ( dua ) kali di tempat yang sama oleh beberapa orang yang mengaku dari pihak PT.KAI yang bernama Deni dan Udin.
Saat ditemui kontras beberapa orang tersebut mengatakan bahwa rencana pembebasan lahan akan dilakukan dalam tahun 2017 dan biaya ganti rugi disesuaikan dengan harga didesa setempat.
” harga disesuaikan mas dengan harga disini” ujar keduanya kompak.
Terkait dengan ada tidaknya kompensasi terhadap usaha warga yang terganggu dengan adanya kereta api mereka berdua tidak bisa memberikan jawaban (Ytn)