Perusahaan pembangkit listrik tenaga uap PT Tanjung Power Indonesia (TPI) ingkari perjanjian dengan warga komplek Asabri Rt 01 kelurahan Mabuun Kecamatan Murung Pudak.
PT TPI yang berencana membangun PLTU 2 x 100 mega watt di samping komplek Asabri sebelumnya sudah sepakat dengan warga komplek tidak akan melakukan aktifitas sampai masalah warga komplek dengan pihak perusahaan bisa diselesaikan.
Namun diluar sepengetahuan warga pihak perusahaan melakukan aktifitas landclearing diatas lahan yang akan dibangun PLTU, ” sebelumnya mereka meminta ijin akan melakukan penebangan pohon dan pembersihan saja tapi ternyata mereka melakukan landclearing dengan menggunakan enam alat berat” tutur Priyono perwakilan warga komplek asabri kepada korankontras.
Karena mereka mengingkari dari kesepakatan awal akhirnya warga meminta perusahan menghentikan aktifitas perusahaan dengan menyegel alat berat yang bekerja.
Warga komplek asabri meminta kepada perusahaan agar tanah dan rumah mereka dibebaskan sebelum PLTU dibangun karena antara komplek dengan rencana PLTU hanya berjarak 100 meter saja sehingga ketika ada pertemuan amdal di hotel Aston beberapa waktu lalu warga menuntut perusahaan membebaskan komplek mereka sebagai syarat mereka menyetujui Amdal milik TPI.
“kami tidak menghalangi pembangunan PLTU tapi hanay meminta perusahaan mengerti juga kepada kami” pinta Priyono.
Selama ini warga Asabri jelasnya hidup dalam kondisi yang memprihatinkan karena berdampingan dengan PLTu milik MSW yang jaraknya sekitar 300 meter, debu dari PLTU berterbangan ke komplek mereka yang mengancam kesehatan warga komplek.
“waktu pembangunan awal PT MSW saja banyak rumah kami yang retak aibat getaran dari pemasangan tiang pancang bangunan PLTU” imbuh Priyono.
Apalagi PLTU milik PT TPI yang jaraknya seratus meter dampaknya akan lebih parah lagi mereka terima.
Ironisnya suara keluhan warga komplek asabri seperti tidak didengar oleh perusahaan dan aparat pemerintah daerah, hingga kini terang Priyono aparat dari keluahan maupun dari kabupaten tidak pernah mau turun ke komplek mereka melihat langsung apa yang dirasakan oleh warga komplek. (boel)